Minggu, 26 Februari 2012

Alergi Hidung


Bersin-bersin tidak bisa dianggap biasa saja. Jika sudah terlalu sering dan mengganggu kualitas hidup dan aktifitas sehari-hari, maka ada baiknya untuk mencari tahu apa penyebab bersin. Bersin yang disebabkan oleh Rinitis Alergi, tidak bisa dianggap remeh. Sebagai komplikasi dari Rinitis Alergi berupa Asma Bronkial, dimana terdapat kerusakan epitel saluran pernafasan akibat reaksi peradangan yang berkepanjangan.
Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis. Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore (sekret hidung). Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat.
Definisi
Menurut WHO : “Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE”
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :
  • Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu
  • Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :
  • Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu
  • Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas
Proses terjadinya penyakit
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu :
  • Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat
  • Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat
Pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi kelenjar dan kontraksi otot polos.
Gejala
  • Yang khas, serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu self cleaning process. Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis.
  • Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak
  • Hidung tersumbat
  • Hidung dan mata gatal
  • Terkadang disertai dengan lakrimasi (banyak air mata keluar)
Penatalaksanaan
  • Hindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
  • Simtomatis, terapi dengan obat-obatan seperti antihistamin, kortikosteroid, obat-obat simpatomimetik.
  • Operatif dengan konkotomi.
  • Imunoterapi, digunakan ketika pengobatan medikamentosa gagal mengontrol gejala atau menghasilkan efek samping yang tidak dapat dikompromi. Imunoterapi menekan pembentukan IgE. Imunoterapi juga meningkatkan titer antibodi IgG spesifik.
Komplikasi
  • Polip hidung.
  • Otitis media yang sering residif/berulang, terutama pada anak-anak.
  • Sinusitis paranasal.
  • Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.
Prognosis
Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen. Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.
Sumber : ningrumwahyuni.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar