Kamis, 08 Desember 2011

Empat Puluh Hari (Part 1)


Halooooo.... mana suaranya yang masih GALAAAUUU?? ketemu lagi sama gue yang unyukunyuk #hoek. mungkin kalian semua pada pingsan ndenger kata kata itu? haa? apaa? 1-0 kalo mau cerita diluar saja mas! #maksum berkata -gilaak! gak jelas banget -__- gue aja bingung sendiri gimana mikir caranya mbuat ingus jadi makanan. eh iyaa. kali ini, gue bikin yang berbeda dari postingan gue sebelumnya. dan kali ini gue bakal mostingin cerpen gue yang udah di tunggu sama penggemar gue #apaan
dari judul cerpan (cerita panjang?) nya aja "empat puluh hari" lha maksut e opo? (baca : apa) yang gak bisa basa jawa. liat aja deh postingannya. daripada gue njelasin sama aja gue mostingin cerpan. gak paham yaa sudah, wassalam. eeehhh.. sebenarnya gue mau mostingin pake judul "empat puluh hari bangkitnya pocong dari liang sumur" tapi kalo diliat liat itu cocok banget buat lawakan. lah ini kan cerpan gue tujukan bukan buat lawakan. -__- udah deeeh, gue capek nii.. langsung aja baca cerpennya. eeehhh.. tangan gue enggak bisa berhenti ngetik, eh eh eh kaaan! udah jam segini! gue harus tidur #enggak, masuk kamar mandi buat nyari inspirasi boookkk... eeh eehh eehh #apaaan gue pingin makan manisan yang pink pink yang jual di depan hypermart. taappii gue enggak punya duuiiitt.. (baca : bokek) udah deh... gak kelar kelar kaan... udah deh, silahkan baca : 

Pagi, mendung masih menyelimuti kota ini. Namun, Dita hanya termenung di balik jendela rumahnya. Waktunya inilah yang didambakannya. Lepas dari kepanatan masa sekolah. Rasakan rindu yang membalut hatinya. Entah, seseorang yang ada jauh di sana. Tak ada kabar dan berita. Sangatlah kesepian yang menjalar di kehidupannya.

Dita tinggal bersama papa, mama dan 2 orang adiknya. Adik yang paling besar bernama Rafa dan yang paling kecil bernama Lilya. Dita duduk di bangku SMA kelas XI. Dita seorang yang periang dan tidak pernah putus asa walaupun sudah lama ini Dita mengindap penyakit jantung. Namun, dia! dia! kekasihnya! Evan! tidak pernah tau akan hal ini. Dita hanya menyembunyikannya dan tak ingin Evan tau!

“Nak, kemarilah. Saatnya makan bersama.” ujar seorang wanita yang telah melahirkan dan membesarkan ku. 
“Iyaa mah, sebentar” jawab Dita dan menghapus air mata nya.
Dita membuka pintu kamarnya dan menuju ke ruang makan.
“Hei kakaak” sambut adik-adik Dita yang lucu
            “Hei” jawab Dita dengan senyum lesung pipitnya
            “Ada apa denganmu, kak? Habis menangis yaa?” ujar Lilya yang sepertinya mengetahui apa yang Dita lakukan tadi
           “Eh eh enggak kok. Sok tau! Huuu”
           “Sudah-sudah, jangan bertengkar” tangkas seorang lelaki yang telah mendidik Dita dan setia mengajarkan dirinya arti kehidupan
“Yuummy, makanan buatan mama memang enak sekali” ujar Dita
“Makasih Dita cantiikk” jawab Mama
“Apalagi seafoodnya~ heem~” Rafi mencoba menyindir Dita. Yaah, Dita memang sangat tidak menyukai seafood

   Suasana inilah yang aku idam idamkan sejak dulu, bersama dalam suka, batin Dita
“Kapan-kapan piknik yuk Mah” ujar Lilya
“Iyaa Mah, pergi ke puncak kayak camping gitu” sahut Dita
"Yang penting bawa bekal yang banyak" Rafi tak mau kalah
"Paah, papa pasti ada waktu kan buat ke puncak?" Lilya menanyakannya
"Heem, papa belum memastikan hal ini nak"
"Yaaah, papa." Rafi kecewa
Papa memang lah sosok yang tanggung jawab. Namun, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tidak mengerti apa keinginan anak-anak nya, ucap Dita dalam hati
            “Sudaahlah, pasti suatu saat nanti kita bisa pergi bersama ke puncak” Mama pun mencoba menengkan keadaan dengan lembutnya
            “Beneran, Mah?’ Ucap Lilya
            “Iyaa sayang” sahut Mama
            “Makasih yaah Mama” peluk Lilya dalam dekapan Mama

             Dita kembali ke kamar, dipeluknya boneka Doraemon nya. Menatap rintikan hujan yang masih membasahi bumi. Tak lama kemudian.. Dita mendengar orang tuanya sedang bercekcok mulut. Yaah, keadaan ini sudah biasa Dita alami. Orang tuanya memang jarang sekali akur. Mama yang tidak bisa mengerti, Papa pun juga begitu. Keduanya memang keras kepala. Sulit untuk Dita agar bisa membuat mereka bahagia dan rukun. Dita pun langsung menitihkan air mata kembali. Ia tidak bisa tenang akan hal ini. Hanya satu yang membuatnya tenang, yaitu mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Dita pun tak habis pikir, ia langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Sembari sholat, ia tetap saja menitihkan air mata. Begitu beratnya cobaan yang dihadapinya. Dita senantiasa berdoa agar keluarga ini dapat menjadi keluarga yang diidam idamkan. 

            Tak lama kemudian, hatinya pun tenang. Ia mengakhiri ibadahnya dan mengambil hp nya itu. Dita memang anak yang mengikuti zaman, fb dan twitter pun menjadi favorite web di hpnya. Dita pun langsung memperbarui status fbnya. Dan tak lama kemudian, dering sms pun berbunyi. Yaaak, sms dari Rangga, sahabat terdekat Evan. Rangga menanyakan apa maksut status itu, dan Dita pun menjelaskan. Dita meminta solusi kepada Rangga, bagaimana agar Dita bisa melewati ini semua.  

            Rangga memang sudah lama bersahabat dengan Evan. Sahabat Evan pun tidak hanya Rangga, tapi ada Ega dan Fandi. Dari mereka, Rangga dan Evan lah yang memiliki kekasih. Tapi saat itu, Rangga masih ada masalah dengan kekasihnya. Dita pun mencoba memberikan solusi kepada Rangga daan Dita tidak bisa berbuat banyak.

Malam harinya, Dita duduk di balkon rumahnya. Ditemani suasana galau dengan back song lagu To be with you-David Archuleta, Dita memeluk boneka kesayaangannya, hadiah ulang tahun Dita dari Evan. Dita sangat menyukai boneka, entah sejak kapan ia senang mengoleksi bermacam macam boneka.
“Bintang, sampaikan rasa rinduku pada dirinya, Evan yang aku sayang” Dita berbicara pada bintang, seakan masih mempercayai mitos.
            “Kamu percaya hal itu, Dit?” ucap Fandi
            “Haai, sedang apa kau di sini?” seru Dita
            “Mama dan Papa ku ada urusan dengan Mama Papamu, jadi aku di suruh menamani mu di sini” ujar Fandi
            “Tapi tinggalkan aku sendiri di sini, aku takut Evan marah.” Jawab Dita
            “Baiklah. Evan pasti akan kembali lagi Dit. Ingat itu!” sambil tersenyum lebar Fandi meninggalkan Dita

             Dita hanya terdiam dan yaaak air matanya jatuh membasahi pipinya. Kata-kata itu! Kata-kata yang sering diucapkan Fandi, Ega dan Rangga untukku, yang menjadi semangatku untuk tetap bertahan bersama Evan. Dita hanya bisa menangis daan tiba-tiba seberkas cahaya yang sangat terang nampak di balik jendela kamarnya. Cahaya itu seakan mendekati dirinya. Dita hanya terdiam tak berkata. Seolah cahaya itu memberikan isyarat pada Dita. Lagilagi Dita hanya terdiam walau seakan akan dia diberikan suatu peringatan dari cahaya itu. Tak lama kemudian 
cahaya itu menghilang dengan sekejap. Kemudian Dita tersenyum sambil sesekali mengusap air matanya dan segera mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat isya’. Setelah beberapa menit Dita melaksanakan tugasnya sebagai umat Islam, Dita langsung tidur dengan pulasnya. Dalam mimpinyaa..

            Dita melihat sepasang bayangan yang berjalan kian mendekati dirinya. Yaak! Mirip sekali dengan eyang kakung dan eyang putrinya! Dita tak percaya dipertemukan kembali dengan mereka. Bayangan itu makin mendekat dan Dita tak salah lagi. Bayangan itu.. bayangan itu memang kedua eyangnya. Dengan sigap Dita mencoba memeluk mereka. Tapi sayang, Dita seperti memeluk angin. Kedua eyangnya hanya bisa tersenyum pada Dita. Tangan mereka mencoba diulurkan dan mencoba meraih tangan Dita. Tangan Ditapun mencoba meraih tangan eyangnya. Tapi lagilagi Dita seakan meraih tangan yang hampa. Mungkin, maksut eyang adalah mengajaknya untuk pergi bersama. Daan yak benar! Perlahan Dita mencoba mengikuti mereka. Tapi…
            “Ditaa..bangun nak” suara mama yang lembut membangunkan tidur lelapnya
            “Huuaamm” dengan mata yang masih sayup dan mulut yang menguap
            “Nak, ayolah.. kamu harus berangkat sekolah. Cuci muka dulu gih, setelah itu shalat lalu belajar.”
            “Iyaa iyaa mah” Dita beranjak dari tempat tidur nya dan masuk ke kamar mandi
            Saat Dita berkaca di kamar mandi....

#To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar